Jumat, 04 Maret 2011

GULAI SUMSUM KAMBING, JAKARTA SELATAN

Di saat cuaca mendung dan dingin, semangkuk gulai sumsum kambing bisa jadi santapan yang menghangatkan. Kuahnya bening berempah dengan aroma wangi semerbak. Ditambah dengan satai kambing yang empuk-empuk gurih manis tanpa bau tajam. Wah, badanpun jadi hangat dan penuh semangat lagi! Yang hangat dan berkuah hampir selalu jadi pilihan jika cuaca sedang tak menentu. Sate kambing, sop atau gulai kambing selalu jadi favorit. Di Jakarta, hampir semua resto atau warung gulai san sate kambing didominasi oleh aliran Solo dan Tegal atau Jawa Tengah. Sekali ini sengaja saya kembali mampir ke Cafe Cangkir. Kafe ini dimiliki oleh pasangan Yoke dan suaminya Christian Hadinata, pebulutangkis legendaris.   Dulu, tempat yang ada di Jl. Panglima Polim ini menjadi toko barang-barang pecah belah impor dari Eropa. Belakangan baru berubah menjadi kafe dengan aneka menu yang menggiurkan. Soal sate kambing yang top di cafe ini sudah sering saya dengar. Kepulan asap yang menguar di sisi kiri cafe, langsung menusuk hidung. Wangi menggelitik!. Sate kambing di sini yang top adalah sineureut (daging has dalam kambing), bisa pakai lemak atau tidak. Sialnya, sore itu persediaan sedang habis. Jadilah sate kambing biasa yang saya pesan. "Yang ini juga empuk sekali," demikian sang pelayan meyakinkan. Jangan berpikir kalau cafe dengan jualan sate kambing sebagai andalan, ada menu klasik pendampingnya. Memang ada gulai kambing dan gulai sumsum kambing. Namun, buat yang tak suka daging kambing ada menu lain seperti; mi kangkung, nasi timbel, laksa, spaghetti oglio olio, spaghetti bolognese dan kupat tahu petis. Maka selain gulai sumsum kambing,sate kambing, saya juga pesan kupat tahu petis. Yang pertama disajikan adalah gulai sumsum kambing. Yang ini bukan gulai gaya Sumatra tetapi gaya Jawa. Kuahnya kuning dengan sedikit genangan minyak berwarna oranye kemerahan di pinggirnya. Tidak terlalu kental. Isinya 3 potong tulang kaki kambing berikut sempalan daging disisi-sisinya. Slruupp... hirupan pertama langsung terasa jejak bumbu yang lengkap, tidak berlebihan dan ringan. Daging kambingnya sangat empuk. Sedikit berbalut lemak sehingga rasanya kenyal-kenyal gurih. Tanpa tambahan sambal rawitpun sudah cukup tonjokan pedasnya. Paling pas pastinya disuap dengan nasi hangat. Setelah daging yang adadi keliling tulang habis, giliran mengeksekusi sumsum tulangnya. Untuk ini disediakan sedotan berwarna hitam. Tinggal dicolokkan ke dalam lubang tulang kaki yang tak berapa besar. Slruuup... langsung sumsum yang lembut gurih berpindah ke mulut. Selaian harus segera dituntaskan, gulai sumsusm ini memang harus hangat-hangat disantap. Maka jadi lebih cepat tandas! Kupat tahu petis, makanan tradisional gaya Surabaya ini disajikan dalam porsi sedang. Irisan lontong, ditimbuni potongan tahu Bandung dan tauge. Kuahnya kecokelatan kental. Ada rasa manis petis udang berbaur dengan kacang tanah. Gurih-gurih manis. Tidak ada rasa manis yang berlebihan, demikian juga gurihnya. Harga yang dipatok juga sesuai dengan enaknya sajian. Sate kambing Rp. 40.000,00, Gulai sumsum kambing Rp. 40.000,00 dan kupat tahu petis Rp.29.000,00.

Cafe Cangkir
Jl. Panglima Polim IX No. 12 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telepon: (021) 7246526

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Widyaswara | Address : Jl. Kalidami viii/25 Surabaya - Telp.(031) 5926865, 081322430013 | Blogger Templates