Jumat, 24 Desember 2010

WARUNG MBOK BARI, BLITAR

Yang paling mudah bagi anda yang kebetulan berkunjung ke Kota Blitar, bila mana ingin merasakan Nasi Pecel khas Blitar adalah ke warung Mbok Bari. Lazimnya para pendatang berkunjung ke Blitar dengan tujuan wisata Makam Bung Karno sekaligus Perpustakaan Bung Karno maka letak warung Mbok Bari yang memiliki beberapa cabang di Blitar, salah satunya berada sangat dekat dengan Makam Bung Karno tersebut yang berada di Kelurahan Sentul Blitar. Dimana sih? Dari Makam Bung Karno anda bisa cukup berjalan kaki ke arah utara, beberapa puluh meter kemudian akan terlihat Warung Mbok Bari dengan spanduk besar di barat jalan. Tapi maaf bila pagi hari anda harus antri, mengingat penduduk lokal juga enggak bisa lepas dengan yang namanya Sarapan Sego Pecel. Cabang yang lain ada di Jl. RA Kartini (depan pasar pon), sedangkan warung Nasi Pecel "mbok Bari 3" terletak di Jl. A. Yani tepatnya di sebelah barat Hotel Blitar Indah.

NASI UCENG KHAS BLITAR

Warung ini biasa disebut warung Sukaria mungkin karena disesuaikan dengan nama pemiliknya yaitu Haji Sukari atau dikenal juga dengan nama Warung Nasi Uceng ‘Djoyo Mulyo’ dan letaknya dipelosok di desa Babadan, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Dahulu lokasi warung ini masuk ke pelosok desa kira2 tepatnya ke arah barat dari lokasi yang sekarang yang mana sudah berada di pinggir jalan dari wlingi ke arah batu malang Awalnya Haji Sukari hanya berjualan Nasi Pecel dengan lauk peyek Uceng yang dirintisnya sejak tahun 1977. Seiring dengan permintaan pelanggan maka dibuatlah menu baru Uceng goreng dengan Lalapan dan sambal hingga menjadi menu andalan warung ini sekarang. Tersedia juga ikan Uceng yang di masak sayur seperti umumnya masakan khas orang desa, ada pula ikan wader goreng, udang kali goreng dan aneka ikan air tawar yang didapat dari sungai-sungai di sekitar daerah Wlingi. dan yang khas lagi adalah terancam, yaitu mentimun yang dicacah, dicampur kemangi dan parutan kelapa, biasanya menjadi campuran nasi pecel. Setiap hari, Haji Sukari menghabiskan 40 hinga 50 kilogram Uceng. Itu belum termasuk wader dan udang sungai, serta ikan air tawarnya. Setidaknya ada 20 orang pemasok Uceng dari Desa Babadan sendiri, serta desa di sekitar wilayah Kecamatan Wlingi. Bagi anda yang ingin membawa pulang sebagai oleh-oleh, Warung Sukari sudah menyediakan Uceng goreng dalam kemasan plastik dan setiap bungkusnya berisi seperempat kilogram dan dijual dengan harga Rp 15.000,- Dari arah kota Blitar setelah melewati masjid Agung Wlingi ketemu SPBU kemudian belok kiri atau ke arah utara (mengikuti jalur BUS) setelah melewati depan RS Wlingi maka jalur Bus ini akan berbelok ke kanan atau arah timur kemudian bertemu pertigaan Gurid dimana ada sebuah prasasti dipinggir jalan namanya Prasasti Munggut, dari sini belok ke kiri atau ke arah utara jurusan Obyek Wisata Rambut Monte, Nah kira-kira 500m-1km di kiri jalan tetulis nama Warung Jaya Mulya. Dari arah Kota Wlingi, setelah melewati Pasar Wlingi ada pertigaan jangan ambil yang belok ke kanan karena itu ke arah Kawedanan melalui jembatan kali lekso, ambil jalur lurus dan kemudian belok ke kiri hingga sampai di pertigaan tempat prasasti Munggut berada selanjutnya tinggal belok kanan. Karena saking khasnya sekarang ini telah bermunculan penjual Nasi Uceng salah satu diantaranya terletak di depan SPBU Garum sebelah utara jalan.

PECEL PINCUK KHAS BLITAR

Beberapa minggu ini, hujan terus mengguyur kota Blitar dan sekitarnya. Menurut beberapa sumber yang terpercaya, gunung Kelud sempat mengeluarkan gas beracun namun syukurlah tidak sampai berakibat fatal memakan korban jiwa. Hujan sempat berhenti 2 hari, namun angin datang dengan cukup kencang menyelubungi wilayah Blitar. Akibatnya...banyak baliho dari para caleg partai porak poranda. Parahnya baliho komersial di dekat pom bensin Bon Rojo ukuran jumbo jatuh ke aspal. Untung tidak ada korban jiwa. Sekarang hujan mulai turun lagi. Udara dingin kembali merasuk tubuh masyarakat Blitar. Untuk menghangatkan tubuh, Mbak Krisna sudah siap melayani warga Blitar menyuguhkan sepincuk nasi pecel plus minuman STMJ ( Susu Telur Madu Jahe ). Mbak Krisna membuka warung pecel pincuk hanya malam hari, di Jl. A. Yani Blitar, timur Rumah Sakit Budi Rahayu. Mbak Krisna yang ramah itu, sudah 3 tahun lebih membuka warungnya. Pada tahun pertama, katanya, dia habis sambel pecel sebanyak 2 kilogram. Sekarang sudah lebih 9 kilogram perharinya. " Pintar saja enggak cukup Mas, untuk membuka warung seperti saya ini, harus telaten dan ulet, awalnya ya susah Mas. Dulu, pertama kali buka, habis sambel 2 kilogram saja sudah syukur Mas, sekarang sudah lumayan, tiap harinya tidak kurang dari 9 kilogram." Begitu cerita Mbak Krisna yang cantik itu. Memang sudah banyak yang mengulas perihal sambel pecel dari Blitar. Mulai dari pabrik sambel pecel yang ada di jl. Cemara Karangsari Blitar, sampai warung pecel milik Mbok Bari yang konon kabarnya sudah berdiri sejak tahun 1964. dan sekarang sudah membuka cabang di berbagai tempat sampai 6 cabang lebih, termasuk di utara Makam Bung Karno. Namun Mbak Krisna cukup jeli mengemas sambel pecel untuk masyarakat Blitar. Dia membuka warung pecel dengan PINCUK andalannya. Seusai makan, pincuk cukup di 'untel-untel' di lempar ke tempat sampah. Rasanya pun makin mencolok khas-nya sambel pecel Blitar. Mau mencoba ? Monggo mawon!

NASI LIWET KHAS BLITAR

Namanya Pak Herman, sudah beberapa tahun ini sekurang-kurangnya 3 tahun, beliau membuka warung semi permanen di Jl. Diponegoro Blitar, tepatnya di pojok perempatan selatan SMAK Diponegoro Blitar. Warung pak Herman menyediakan Nasi Liwet yang dibungkus daun pisang. Dalam setiap penyajiannya Pak Herman memberikan banyak pilihan botok (sayur) yang disebut bengkesan. Apa saja bengkesannya serta berapa harga per-porsi nasi liwet Pak Herman? Bengkesan boleh dikatakan lauk yang disertakan dalam penyajian nasi liwet ke pengunjung warung. Dan Pak Herman menyediakan berbagai bengkesan mulai dari bengkesan ikan tengiri, ikana kakap, ikana cucut, ikan lele, ikan jendil, ikan kuthuk, sampai bengkesan tawon madu. Untuk rasa tentu saja makin angklegh (nikmat) ditambah aroma khas daun pisang, dan lagi penghidangannya menggunakan lemper semacam piring yang terbuat dari tanah liat menambah ke-etnik-an nasi liwet Blitar. Untuk harga setiap porsi rata-rata Rp. 5.500,- kecuali bila anda memilih bengkesan ikan kuthuk harga agak mahal sedikit dibanding lainnya karena ikan kuthuk memang sulit didapat sekarang. Pak Herman tidak sendiri, namun bersama sang Istri Ibu Mariyam yang selain melayani pembeli juga meladeni bagi pengunjung yang menginginkan tahu lonthong. Jadi di warung pak Herman ada 2 rombong. Rombong pertama khusus untuk menjajakan nasi liwet, sedang rombong kedua untuk menjajakan tahu lonthong.

SATE PRING KUNING, BLITAR

Sate dimana-mana merupakan makanan favorit mulai dari sate daging kambing, daging ayam sampai daging kelinci. Begitu pula di kota Blitar, banyak penjual sate dari yang semi permanen bertempat di trotoar-trotoar jalan protokol sampe yang memang menempati sebuah rumah permanen. Seperti Sate Kambing yang berada di Desa Kalipucung Kec. Sanankulon Kab Blitar, persisnya di selatan jalan raya blitar-kediri, kurang lebih sekitar 10 Km dari kota Blitar ke arah barat, terdapat Sate Kambing Pring Kuning. Siapa sih pengelolanya kok bisa rame begitu? Bapak Sunoto, begitu namanya si empu Sate Pring Kuning atau lebih akrab dipanggil pak To Pring Kuning. Beliau membuka rumah makan spesialis sate kambing sejak pasca gunung Kelud meletus tahun 1990. Dihalaman rumah makan pak To terdapat bambu kuning maka pak To pun memberi nama warungnya dengan Pring Kuning (Pring=Bambu). Saat ini, Sate pring Kuning dikelola oleh anak-anaknya. Buka mulai pukul 10.00 WIB sampai menjelang Maghrib. Namun, meski durasi waktu yang hanya beberapa jam perharinya itu, ternyata Sate pring Kuning mampu menjual 2000-2500 tusuk sate setiap harinya, belum lagi kalu ada permintaan khusus dari warga ketika sedang mempunyai hajat manten dan sebagainya, bisa nambah satu bahkan dua ekor kambing sebagai bahan satenya. Sementara untuk setiap harinya sate pring Kuning rata-rata memerlukan 2-3 ekor kambing. Untuk per-porsinya dengan 10 tusuk sate dan nasi putih harganya Rp. 15.000,-. Pemanggangan sate seperti ditempat-tempat lain hanya saja tidak memakai kipas angin listrik, namun dengan memakai kipas dari bambu dan dikibas-kibaskan pakai tangan. Katanya untuk menjaga aroma dan kelezatan daging kambing. Silahkan mampir bila anda melewati jalan raya Blitar-Kediri tersebut, buktikan rasanya!

NASI GORENG MAWUT, BLITAR

Ada satu lagi tempat bagi sampean-sampean yang doyan dan penggila nasi goreng mawut. Penyajiannya cenderung kalem alias harus sabar menunggu karena cara menggoreng nasinya memang sengaja memakai arang, biar aroma dan rasa bumbunya tetap nendang dilidah. Selain nasi goreng mawut, tentu saja juga melayani mie goreng serta mie rebus. Selidik punya selidik ternyata, angkringan sego goreng milik mbok Musijah warga Ngadipuro Sanankulon Blitar itu sudah sejak tahun 70'an berjualan. Dimana sih tempatnya? Kurang lebih berjarak 1.5 Km dari Kota Blitar, bila dari stadion Soeprijadi Kota Blitar kemudian ke utara melewati Jl. Ciliwung (Radio Mayangkara) selanjutnya sampai perempatan Jl. Serayu silahkan belok ke kiri. Ikuti saja jalan arah ke kiri itu kurang lebih 1 Km sampai perempatan Ngadipuro, disitulah Mbok Musijah berjualan Nasi Goreng Mawut bersama anaknya. Mbok Musijah berjualan nasi goreng memakai bahan bakar arang sejak harga nasi goreng per-piring Rp. 150,- dan sekarang harga nasinya sudah mencapai Rp. 4000,- Buka setiap hari, mulai pukul 16.00 WIB sampai habis dagangannya sekitar pukul 22.00 WIB. Tempat berjualan nasi goreng berada didepan bekas kantor KUD, persis di sebelah timur perempatan Ngadipuro. Bila kesulitan mencari lokasinya, bisa ditempuh lewat Sumber udel (Water Park) Kota Blitar lalu ke arah barat, kemudian perempatan ke dua ke kanan terus sampai menemukan perempatan dusun Ngadipuro.

Kamis, 02 Desember 2010

ONION RESTAURANT, UNGARAN JAWA TENGAH

Agak aneh juga bila di dataran tinggi kita menemukan restoran yang spesialisasinya adalah seafood. Demikianlah halnya dengan Onion Restaurant ini. Hidangan utamanya adalah hasil laut, seperti: ikan (bawal, kuwe, kakap merah, baronang, kerapu), udang, cumi-cumi, dan kepiting. Didatangkan dalam keadaan segar dari pelabuhan ikan di Semarang yang hanya berjarak 22 kilometer dari Ungaran. Semua hasil laut ini dapat disajikan dalam berbagai cara masak, antara lain: cabe garam, saus bangkok, goreng tepung, pasir mas (digoreng dengan telur asin), dan saus timah (bumbu wijen, dipanggang dalam bungkus kertas timah). Menurut saya, bumbu atau cara masak yang paling istimewa di restoran ini adalah cabe garam. Bumbu-bumbunya sangat sederhana, yaitu: cabe rawit, garam, lada putih, dan ngohiong (five spices). Seekor bawal ukuran besar dimasak cabe garam dapat diperoleh dengan harga sekitar Rp 50 ribu. Yang juga sangat cocok dimasak cabe garam adalah cumi-cumi. Bagi saya, Onion identik dengan masakan cabe garam. Pertama, karena jenis masakan ini memang tidak mudah dijumpai di tempat lain. Kedua, kualitas masakannya memang istimewa. Bumbu-bumbunya yang sangat basic itu membuat citarasa alamiah dari daging ikannya tampil dengan cantiknya. Selain berbagai ikan laut segar, juga tersedia ikan gurame hidup di dalam akuarium. Cocok digoreng dengan telur asin atau saus bangkok, maupun digoreng tepung dengan saus asam manis. Masakan kepiting yang populer di Onion disajikan dengan saus bangkok bernuansa asam pedas, sekalipun banyak juga yang menyukai kepiting pasir mas (dimasak dengan telur asin). Hidangan andalan Onion yang lain adalah sop bibir ikan (Rp 25 ribu) dan pie-oh (Rp 30 ribu) - labi-labi atau kura-kura masak tauco. Sekalipun relatif baru, kualitas sajian Onion telah membuatnya sekarang menjadi salah satu restoran andalan di kota kecil Ungaran yang sejuk berhawa pegunungan. Letaknya di jalan raya lintas utama Semarang-Solo, sehingga mudah menemukannya. Dalam dua kunjungan saya ke restoran ini, kualitas masakannya konsisten dan bermutu tinggi. Harganya pun sangat pantas. Layak dikunjungi bila Anda sedang berada di lintasan sibuk ini. (Bondan Winarno)


Onion Restaurant
Jl. Diponegoro 286
Ungaran, Jawa Tengah
024 6925619

WARUNG MAMI, SPESIALIS IKAN BAKAR JIMBARAN BALI

Kalau seorang chef andal merekomendasikan tempat lain di luar tempatnya bekerja, segeralah bergegas ke sana. Dijamin tidak mengecewakan! Demikianlah yang saya lakukan setelah mendengar Chef Degan Septoadji, pemilik Cafe Degan di Petitenget, Bali, memuji-muji ikan bakar sajian Pak Putu di Jimbaran. Tempatnya memang di Jimbaran, tetapi bukan di tepi pantai yang turistik dan harganya selangit itu. Betul-betul warung sederhana di pinggir jalan, tetapi kualitas ikan bakarnya harus diacungi dua jempol - begitu puji Chef Degan. "Jangan lupa menelepon dulu. Pak Putu kadang-kadang libur," kata Chef Degan mewanti-wanti. Saya pikir, biasalah orang Bali yang sering libur untuk menunaikan tugas religi di pura. Tetapi, Pak Putu ternyata punya alasan lain. Kalau tidak berhasil menemukan ikan yang bagus, ia tidak berjualan. "Buat apa jualan ikan yang tidak baik?" begitu prinsip bisnis Pak Putu. Warung Mami terletak sekitar 300 meter setelah melewati Jenggala Keramik, kurang lebih 100 meter sebelum pertigaan Jimbaran-Uluwatu, di sebelah kanan. Dari jauh sudah tampak asap mengepul dari pemanggang ikan yang diletakkan di tepi jalan. Warung kecilnya hanya memiliki 12 tempat duduk. Dagangannya pun sederhana. Hanya dua jenis ikan (kurisi dan kakap putih), dan kerang putih. Tidak ada krupuk di meja. Untuk minuman pun hanya tersedia teh tawar, atau minuman botolan di cooler box. Mengapa namanya Warung Mami? Begitu tanya saya ketika pertama tiba di sana. Ooo, ternyata, Mami bukanlah panggilan untuk istrinya Pak Putu Kuaci yang selalu mendampingi di warung, melainkan nama putri kesayangan mereka. "Nama di sekolah Komang Ratnasari, nama di rumah Mami," begitu kata Pak Putu. Kualitas ikannya memang segar. Tiap pagi Pak Putu berbelanja ke Kedonganan untuk memilih kualitas ikan terbaik. Semua ikan berukuran sama, sekitar 600 gram. Harganya pun tidak dibedakan. Satu porsi ikan bakar Rp 35 ribu - lengkap dengan nasi, plecing kangkung, acar timun-tomat, sambal matah, sambal trasi, sambal kecap, serta bawang putih goreng. Untuk kerang putih bakar, harganya Rp 25 ribu. Bila tamu datang, Pak Putu memilihkan ikan, lalu menyianginya. Ikan utuh hanya dibelah dua, dilebarkan, dilumuri dengan bumbu encer kuning untuk menghilangkan amis, lalu dipanggang di atas bara kayu dan sabut kelapa. Menjelang matang, ikan diolesi dengan bumbu berwarna kemerahan - cabe merah dan base genep (bumbu lengkap). Bumbu ini persis sama dengan yang dipakai untuk membumbui plecing kangkungnya. Olesan bumbu finish ini pun tidak berlebihan, agar tidak menenggelamkan citarasa alami protein hewani laut. Sekalipun bukan chef lulusan sekolah kuliner, Pak Putu tahu benar bahwa yang ingin dicapainya adalah memberikan nikmat dan lezatnya ikan segar yang dibakar sempurna. Dengan bumbu-bumbu yang dipakainya, tercapai citarasa daging ikan yang sungguh cantik. Moist, manis alami, teksturnya masih menyisakan firmness ketika digigit, tetapi sangat lembut. Kualitas sambal matah maupun sambal trasinya istimewa. Tetapi, yang luar biasa adalah disajikannya bawang putih goreng yang renyah. Hampir tak pernah saya menemukan ikan bakar disajikan dengan kondimen seperti ini. Ternyata, bawang putih goreng inilah yang merupakan "senjata rahasia" Pak Putu. Saya menggunakannya sebagai kondimen ikan bakar, tetapi juga membuat plecing kangkungnya lebih istimewa. (Bondan Winarno)

Warung Mami
(Pak Putu Kuaci)
Jl. Uluwatu II/30X
Jimbaran, Bali
08123620051

RESTO DJUKU, IKAN BAKAR KHAS MAKASAR

Di depan Wisma Kalla, gedung termegah terbaru di Makassar (arsitek Baskoro Tedjo lulusan ITB!), terpampang spanduk mengumumkan sebuah restoran yang baru dibuka. Saya pun merasa terundang untuk singgah. Nama restoran itu: Djuku. Dalam bahasa Makassar, djuku berarti ikan. Bagus! Jadi, saya berharap dapat menyantap sajian ikan yang memang terkenal khas dan menjadi unggulan Makassar. Wah, ternyata ini adalah restoran mewah! Tidak ada orang membakar ikan di depan - seperti biasanya merupakan pemandangan di warung-warung Pangkep. Di dalam ruang berhawa dingin itu tampak tatanan apik sebuah resto modern dengan konsep open kitchen. Sekalipun daftar menu-nya tampak sederhana, tetapi sebetulnya banyak pilihan "tersembunyi" di sana. Para tamu harus "pintar" membaca menu, agar dapat memesan secara cerdas. Ternyata hanya jenis ikannya saja yang sudah fixed - yaitu ikan cepa (semacam trevally atau ikan kuwe) - dan tumisan sayurnya. Sausnya masih harus dipilih dari enam jenis salsa yang tersedia, yaitu: saus parappe khas Makassar, rica-rica, tartar, saus kacang, dan sambal trasi. Untuk karbohidratnya pun kita masih harus memilih: kentang goreng, kentang ongklok, nasi putih, nasi merah. Sekalipun bernama Djuku, ternyata resto ini hanya menyediakan empat macam ikan terbaik, yaitu: cepa, sunu (kerapu), seabass (kakap putih), dan baracuda. Udang, cumi, lobster, kepiting tampaknya sengaja tidak ditampilkan sebagai pilihan sajian. Tetapi, di sini juga tersedia steak daging sapi maupun ayam. Hidangan utama datang dengan tampilan yang mengesankan. Gaya nouvelle cuisine yang kreatif. Fillet ikan cepa yang dibakar dengan baik tampak "bertengger" cantik di atas tumisan jagung, greenpeas, wortel, buncis, kembang kol, dan paprika. Nasi merah dan saus parappe di dalam mangkuk-mangkuk tersendiri. Ikan bakarnya juara - resultat wajar dari ikan yang benar-benar segar dan teknik memasak yang terpuji. Saus parappe-nya membuat saya tertegun sejenak. Saya terbiasa dengan saus parappe bernuansa kuat bawang merah. Saus parappe Djuku lebih balanced dan kompleks, dengan hint rasa manis yang tepat untuk mengimbangi gurihnya ikan bakar. Verdict: mak nyuss! Baik ikan maupun sausnya. Begitu pula tumis sayurnya cakep. Definitely, bukan pilihan yang salah. Nasi dari beras merahnya pun tampil mengesankan. Beras merah dari Takalar ini ternyata memiliki tekstur yang mirip beras Arborio dari Italia yang biasa dipakai untuk membuat risotto. Nasinya garing dan kesat, sungguh terasa beda di mulut. Untuk melengkapi kesan lokal, saya sengaja memesan teh Ori (teh hijau) dari Malino. Kesannya mirip seperti kita makan di restoran Tionghoa dengan didampingi Chinese tea yang serasi. (Bondan Winarno)

Djuku
Wisma Kalla
Jl. Dr. Sam Ratulangi 8
Makassar
0411 856037

 
Design by Widyaswara | Address : Jl. Kalidami viii/25 Surabaya - Telp.(031) 5926865, 081322430013 | Blogger Templates