Minggu, 19 Juni 2011

PUJASERA TOMPOTIKA

Tompotika Food Center adalah satu-satunya rumah makan yang ada di kawasan perumahan Tompotika. Untuk menu yang bisa dipesan ada lontong balap, jagung bakar, soto, bakso serta beberapa jenis masakan Chinese food, di sini juga tersedia aneka macam roti, yang berada di sebelah kanan pintu masuk, dan masih banyak lagi menu-menu lainnya.
Menu
*Ikan bakar djimbaran
* Nasi campur tambak bayan
* Soto ayam ambengan
* Sup iga suroboyo
* Royal steak
* 3M (sate-sate-an gitu)
* Ayam penyet 88 Bu Bagio
* Sioke-siobak 123
* Bakso petra
* Tahu kitty
* Bebek karang empat
* mie tunjungan
* dll
Lokasinya sangat mudah ditemui, karena Resto ini berada di pintu masuk Perumahan Tompotika tepatnya lagi di depan atau seberang jalan Gardu PLN Sukolilo.
Tompotika Food Center
Jl. Manyar Tirtoyoso No. 90, Surabaya Timur
Telp. 031 5921741

WADER PRESTO BANJARHARJO MUNTILAN

Siapa bilang ikan sungai kalah enak dibandingkan ikan laut? Di Desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo, beragam jenis ikan sungai mampu diolah menjadi masakan lezat dan menggugah selera. Nama masakan itu wader presto. Disebut demikian, karena ikan sungai yang dijuluki wader dalam bahasa Jawa itu memang dimasak khusus hingga durinya lunak, seperti menggunakan panci tekan (presto).

Puluhan tahun lalu, hidangan wader presto kondang di kalangan warga Banjarharjo. Namun, kini masakan rumahan itu sudah jarang dijumpai. Hanyalah Ny Sriwanto (80), satu-satunya pemasak wader presto di Banjarharjo, yang masih bertahan.

Sejak 30 tahun lalu, ia membuka warung makan wader presto di tepi Jalan Sentolo-Muntilan kilometer 25, tepat di samping Balai Desa Banjarharjo. Sampai sekarang, warung sederhana berdinding triplek dan gedhek (anyaman bambu) itu masih bertahan.

Wader Presto BanjarharjoSaat ditemui akhir pekan lalu, nenek delapan cucu itu tidak pelit berbagi resep wader presto yang sudah diwariskan secara turun-temurun. "Tidak rahasia-rahasiaan. Lha wong , resepnya itu sederhana saja," ujarnya ramah.

Sriwanto mengatakan, memasak ikan wader gampang-gampang susah karena memiliki banyak duri. Daripada repot memisahkan duri dari daging, warga lebih suka melunakkan duri tersebut sehingga tidak menusuk langit-langit mulut saat dimakan.

Sebelum dimasak, ikan-ikan wader yang dibeli Rp 15.000 per kilogram dari nelayan sungai dibersihkan isi perutnya. Ikan lalu digoreng setengah matang agar tampilannya utuh dan dagingnya tak hancur saat diproses lebih lanjut. Setelah itu, ikan diberi bumbu ulekan bawang merah, bawang putih, kemiri, merica, ketumbar, kunyit, dan garam, lalu direbus selama lebih kurang empat jam.

Untuk memperkaya rasa dan aroma, Sriwanto menambahkan rempah daun salam, lengkuas, dan serai, ke dalam air rebusan ikan. Agar ikan tidak terlalu lunak, memasaknya harus menggunakan kayu bakar dan apinya tidak besar.

"Aroma sangit kayu bakar juga menambah nikmat masakan," lanjut wanita yang tidak pernah lepas dari kebaya dan kain jarit itu.

Agar keaslian cita rasanya terjaga, Sriwanto hanya membeli wader dari sungai, bukan hasil budidaya. Menurutnya, daging ikan wader yang dipelihara di kolam terasa hambar dan kurang gurih.

Wader presto yang masih hangat kemudian disajikan di atas nasi putih yang mengepul. Tidak lupa, ia menambahkan sayur tahu serta tumis kacang panjang sebagai pelengkap.

Wader Presto BanjarharjoDitemani iringan musik alam berupa gemericik air saluran irigasi Kalibawang di depan warung, seluruh pengunjung warung Sriwanto terlihat lahap menyantap wader presto. Sesekali, mereka menyeruput teh hangat yang diberi gula batu, lalu bersendawa.

Murah meriah

Sumarno (40), mengaku sejak kecil menggilai masakan warung Sriwanto. Warga Desa Banjararum, Kalibawang itu mengatakan, wader presto semacam ini tidak ada yang menyamai. Lagipula, harga masakan ini amat murah. Satu porsi hanya Rp 6.000, sudah termasuk teh hangat. "Harga yang sebanding dengan kelezatannya," ujar karyawan swasta ini.

Warung Sriwanto juga menyediakan ikan wader goreng tepung yang dijual Rp 4.000 per bungkus. Ia juga menjual beragam lauk, seperti tahu goreng, tempe goreng, dan telur ceplok.

Saat akhir tahun seperti ini, pembeli kadang bisa melengkapi kepuasan makan dengan melahap durian Menoreh sebagai pencuci mulut. Setiap hari, warung yang mampu menampung 20-an pembeli itu buka dari pukul 08.00 hingga sore hari.

Wader Presto BanjarharjoWader presto biasanya ludes menjelang azan magrib, karena Sriwanto menjualnya secara terbatas, yakni hanya 10-15 kilogram per hari. Dari jumlah itu, Sriwanto meraup omzet hingga Rp 200.000 per hari. "Saya bisa saja menambah jumlah ikan wader, tapi saya tidak mau. Memasaknya itu lho yang bikin capek," katanya.

Tidak perlu malu bertanya jika tidak mengetahui letak warung Ny. Sriwanto, karena hampir semua warga Kulon Progo menggemari wader presto warung ini. Bahkan, para pejabat daerah selalu saja menyempatkan diri berkunjung untuk sekadar makan siang setelah melawat ke Kalibawang atau Samigaluh.

Sambil duduk menunggui warungnya, Sriwanto hanya berharap agar wader presto tidak punah dari bumi Menoreh Kulon Progo. Ia sudah mewariskan keahliannya mengolah ikan wader kepada anak-anaknya, tapi hasil masakan mereka belum bisa menyamai sang ibu.

NASI BORANAN KHAS LAMONGAN

Selain soto ayam dan tahu campur, makanan Lamongan yang terkenal adalah sego boranan. Penyajiannya mirip nasi sambal di Surabaya. Namun, wadah dan bahan sambalnya yang membuat makanan ini khas dan sulit ditemukan di tempat lain. Memasuki gerbang lengkung Kota Lamongan, tertulis slogan Lamongan Kota Soto. Soto ayam merupakan masakan khas daerah yang terletak di pantai utara Jawa Timur ini. Namun, jika menjelajahi kota tersebut, ragam makanan lainnya bakal Anda temukan.

Antara lain tahu campur, sego boranan, tahu tek, wingko babad, dan jumbreg. Jika sego boranan mirip nasi sambal, jumbreg lebih mirip talam. Tahu campur dan tahu tek sering dijumpai di berbagai kota, sama halnya dengan wingko. Sedang, sego boranan dan jumbreg hanya dapat ditemui di Lamongan.

Mungkin Anda akan bertanya-tanya, apa itu sego boranan? Sego boranan seperti nasi sambal, nasi putih atau nasi jagung disajikan dengan ragam lauk pauk dan sambal di atas pincuk daun pisang dan kertas.

BaronanJangan harap bisa menemui sego boranan di restoran atau warung makan. Sebab, masakan ini hanya dijajakan keliling kampung oleh ibu-ibu. Mereka berkeliling ke penjuru kota, termasuk alun-alun kota dan malam hari di sepanjang Jl Basuki Rahmat, dari alun-alun belok kanan lalu lurus. Belasan ibu-ibu duduk berjajar berjualan sego boranan.

Asyiknya, pembeli bisa lesehan atau jongkok sembari menikmati lezatnya sego boranan ini. Nama sego boranan diambil dari wadah tempat menaruh nasi, boran, keranjang terbuat dari anyaman bambu berbentuk lingkaran di bagian atas dan persegi di bagian bawah. Keempat sudutnya disangga bambu supaya tak menyentuh tanah langsung. Lauk ditempatkan di ember besar dan sambal di panci. Semua disunggi di punggung ibu-ibu dengan jarik gendong.

Sebagian besar mereka masih bersaudara. Seperti Katiani (28) yang menjajakan sego boranan berdampingan dengan bibinya, Istiah (42). Katiani baru tiga tahun ini berjualan, berbeda dengan Istiah yang sudah mencapai 20 tahun lebih.

“Umumnya kami berjualan secara turun-temurun,” kata Katiani yang mulai nongkrong di Jl Basuki Rahmat sejak pukul 17.00 WIB. Setiap hari dia berada di sana sampai semua masakan yang dijajakan habis.

BaronanKatiani dan Istiah mematok harga seporsi sego boranan Rp 5.000. Meski di beberapa tempat ada juga yang dijual dengan harga Rp 3.000, tergantung lauk yang diambil.

Ragam Lauknya, Pedas Sambalnya


Sego boranan dikenal karena ragam lauk pauk dan sambalnya. Ingin tahu lauknya apa saja? Ada ayam goreng, udang, tempe, tahu, telur asin, telur ceplok, telur dadar digoreng dengan tepung, sate uretan (bakal calon telur), jerohan, ikan bandeng, ikan kuthuk, pletuk, ikan sili, empuk, rempeyek kacang atau teri, dan urapan sayur.

Banyak sekali, jadi jangan bingung memilihnya. Tiga di antaranya menjadi lauk khas sego boranan yang tak ditemui pada menu lainnya, yaitu empuk, pletuk, dan ikan sili. “Empuk ini dibuat dari tepung terigu yang dibumbui,” kata Katiani.

Pletuk terbuat dari nasi yang dikeringkan atau kacang, lalu dibumbui dan digoreng. Namanya diambil dari bunyi ketika makanan ini dikunyah, ‘pletuk, pletuk’. Nah, lauk ikan sili ini yang tak bisa ditemui setiap saat, karena termasuk ikan musiman. Ikan sili dulu lebih dikenal sebagai ikan hias, harganya lebih mahal dibanding daging ayam. Bentuk ikan ini panjang seperti belut, tidak kentara mana bagian kepala atau ekornya. Durinya pun hanya ada di bagian tengah.

BaronanNasi dan lauk ini tidak lengkap rasanya tanpa sambal kuah nan pedas. Bahan sambal boran terdiri dari lengkuas, jahe, terasi, jeruk purut, cabe rawit yang direbus, beras mentah yang direndam sebagai pengental, parutan kelapa, bawang merah, bawang putih, dan merica. “Supaya rasanya mantap, ditambahkan gula dan garam. Lalu, semua bahan diblender jadi satu,” terang Katiani. Sambal kuah ini diguyurkan di atas nasi dan lauk.

Sementara urapan sayur dimakan dengan sambal urap berbahan bawang merah, bawang putih, garam, cabe merah, penyedap rasa, dan parutan kelapa. Cara memasaknya unik, bukannya dikukus atau dibiarkan mentah, tetapi dipanaskan dengan kreweng, semacam tanah liat bentuk persegi dan dibakar sehingga menghasilkan asap. Aromanya jadi sedap, satu porsi sego boranan jadi tidak cukup. Ingin tambah lagi sampai benar-benar kenyang.

 
Design by Widyaswara | Address : Jl. Kalidami viii/25 Surabaya - Telp.(031) 5926865, 081322430013 | Blogger Templates