Sabtu, 16 April 2011

RUJAK CINGUR, SURABAYA

Sebagai putra Surabaya, sejak dulu saya sangat suka rujak cingur. Herannya, bagi banyak orang luar Jawa Timur, rujak cingur ternyata adalah termasuk extreme cuisine. Bukan rujaknya yang membuat orang enggan mencicipinya, melainkan cingurnya - yaitu bagian moncong sapi. But, what's wrong with cingur? Apa bedanya dengan buntut, misalnya? Mengapa orang suka sup bibir ikan, tetapi menganggap bibir sapi sebagai sesuatu yang revolting? Sulit untuk memilih mana rujak cingur terbaik di Surabaya, mengingat begitu banyak penjaja rujak cingur dengan kualitas yang rata-rata baik. Kesulitan kedua adalah mengingat bahwa selera kita sangat berbeda untuk menentukan mana rujak cingur yang paling kita sukai. Ada yang berpendapat bahwa rujak cingur yang baik justru bila petisnya adalah jenis murahan, sehingga menghasilkan sambal yang bercita rasa sangar atau cadas. Ada pula yang bahkan menganggap bahwa petis Madura - berwarna agak merah kecoklatan - adalah yang paling cocok untuk membuat rujak cingur. Nomenklatur rujak sendiri sebetulnya kurang tepat karena rujak cingur adalah gabungan antara buah, sayur, dan protein. Sayur yang dipakai biasanya adalah kangkung, kacang panjang, dan tauge. Ditambah irisan bengkuang, timun, mangga muda, dan kedondong. Kadang-kadang juga ditambah nanas. Sedangkan proteinnya adalah irisan tempe dan tahu goreng, serta cingur rebus yang kemudian digoreng. Semua ini disiram dan diaduk dalam sambal petis, dan disajikan dengan krupuk putih. Rujak cingur paling mahal di Surabaya adalah Rujak Cingur Akhmad Jais yang juga sering disebut sebagai Rujak Cingur Plampitan, karena nama jalan itu dulunya memang Jalan Plampitan. Tetapi, rujak cingur yang satu ini juga punya sebutan lain, yaitu Rujak Cingur Hong Kong. Soalnya, banyak warga Surabaya yang kini bermukim di Hong Kong dan selalu membungkus rujak ini untuk dibawa pulang ke Hong Kong sebagai oleh-oleh. Cik Giok Tjoe, pemilik warung ini, kini sudah sepuh. Warung ini diteruskan oleh putri-putrinya yang tetap setia menggeluti usaha. Harga rujak cingur "Hong Kong" ini Rp 37.500 per porsi, dengan irisan cingur yang generous. Para penggemar die hard biasanya malah membayar porsi yang Rp 50 ribu karena minta ekstra cingur. Rujak cingur favorit lain berlokasi di Jalan Genteng Durasim, di pusat kota. Di sini harganya tidak terlalu mahal. Menu lain yang juga populer di sini adalah sop buntut yang cocok untuk meredam pedasnya rujak cingur. Ada lagi satu depot rujak cingur yang digemari orang Surabaya, sekalipun lokasinya jauh di Sedati, Sidoarjo, tidak jauh dari bandara. Di Rujak Cingur Sedati ini juga tersedia rujak tolet, rujak gobet, tahu campur, dan lain-lain. Sambal rujak cingurnya juga istimewa, merupakan campuran dari tujuh jenis petis. Di sini juga ada rujak cingur dengan petis Madura yang berwarna kemerahan. Ya, rujak cingur memang harus lebih dimengerti, agar sajian istimewa ini dapat dinikmati oleh lebih banyak orang.

Rujak Cingur Akhmad Jais
Jl. Akhmad Jais 40, Surabaya
031 532 8443

Rujak Cingur Genteng Durasim
Jl. Genteng Durasim 29, Surabaya
031 5358213

Rujak Cingur Sedati
Jl. Raya Sedati Gede No. 66 Sedati, Surabaya
031 8678458

WARUNG KRONCONG GAUL, JAKARTA SELATAN

Tiap Selasa dan Jumat malam, warung ini memang mendatangkan kelompok pemusik kroncong untuk menghibur para tamunya. Alat musiknya lengkap, para pemainnya cukup bermutu. Begitu pula para penyanyinya. Gayeng-lah, pokoke. Sambil bersantap malam, para tamu dihibur dengan senandung kroncong yang mendayu kalbu. OK, kembali ke kuliner! Musik kroncong hanyalah unsur pembeda yang membuatnya lebih unik. Tetapi, sajian utama Warung Kroncong Gaul ini tentulah makanan dan minuman - khususnya makanan dan minuman Jawa. Terus terang, tawaran menu WKG cukup sederhana dan standar. Ada fuyunghai, capcai, sapi lada hitam, dan cah kangkung. Untuk hidangan semacam ini, saya hanya memesan di rumah makan Tionghoa.  Juga ada mi/mihun/kwetiauw dalam berbagai masakan, seperti: kuah, goreng, masak, dan siram - harga di kisaran Rp 17-25 ribu. Ada juga mi bakso/pangsit kuah dengan harga Rp 15 ribu.  Menurut teman yang pernah makan di sini, nasi gorengnya cukup baik. Ada nasgor ikan asin, nasgor kambing, dan nasgor Thai (Rp 18-25 ribu). Tetapi, bagi saya, nasi goreng adalah pilihan desperate. Bila tidak ada lagi menu lain yang bisa dipilih, barulah saya menyerah pada nasi goreng - kecuali bila nasi gorengnya memang benar-benar dangerously delicious. Tetapi, hei, ternyata ada menu bebek di sini. Bakar maupun goreng. Maka, segera "terpanggillah" bebek goreng sambel ijo (Rp 17 ribu) untuk hadir di depan saya. Bebek gorengnya gurih dan sangat empuk. Sambel ijonya juga mantep. Satu-satunya kekecewaan adalah karena saya hanya pesan satu potong bebek goreng. Untuk bebek goreng sekualitas ini dan ukuran sekecil ini, rasanya pantas memesan dua potong. Bila Anda lebih suka ayam, selain ayam goreng, di sini juga ada ayam bakar bumbu rujak dan ayam cah jamur yang boleh diuji.  Khususnya pada Jumat malam - menjelang akhir pekan - kebanyakan para tamu agaknya memang sengaja datang untuk ikut meramaikan suasana dengan menyumbangkan beberapa lagu. Untungnya, kebanyakan tamu penyanyi yang menyumbangkan suara termasuk kategori "buaya kroncong" dengan kualitas vokal yang di atas rata-rata. Sangat menghibur! Kalau boleh usul: tolong volume pengeras suaranya dikecilkan sedikit. Sungguh tak nyaman makan malam sambil mendengar musik yang terlalu nyodok ke gendang kuping. Para tamu harus berteriak-teriak bila perlu berbicara sambil bersantap. Dan itu malah membuat suasana kian hingar-bingar. Usul lain: perlu ada teh poci, dong. Mosok mat-matan mendengarkan kroncong tidak ditemani teh poci yang wasgitel alias wangi, panas, sepet, legi, tur kenthel. Mosok harus didampingi bir hitam? OK, kalau sudah ada teh poci, tolong saya diberi tahu, ya?

Warung Kroncong Gaul
Jl. TB Simatupang Raya (Golf Fatmawati)
Jakarta Selatan
021 91306915, 98358835

PECEL BU KUS, SURABAYA

Popularitas kuliner tradisional telah ikut berjasa melambungkan pecel madiun. Di mana-mana - bahkan hingga di luar Jawa pun - kita sekarang dapat menemukan sajian ini dengan cukup mudah. Sekalipun beti - alias beda-beda tipis - tetapi memang ada perbedaan antara pecel dari Madiun, Kediri, Malang, maupun Solo. Semuanya punya penggemar masing-masing, dan punya ciri-ciri local genius sendiri. Ciri utama pecel madiun adalah petai cina (kemlandingan) dan srundeng, serta sambal kacangnya yang ditumbuk agak kasar dengan cuatan tone asam jawa dan kencur. Sayur-mayurnya mirip dengan pecel lainnya. Bila almarhum Ibu yang asal Madiun membuat pecel, sayur-mayurnya serba lengkap, seperti: kangkung, kenikir, bayam, tauge, kacang panjang, kol, kecipir, jantung pisang, bunga turi. Di Surabaya, salah satu rumah makan populer yang menyajikan pecel madiun adalah Warung Pecel Bu Kus. Tetapi, demi menjaga konsistensi - mengingat berbagai jenis sayur hanya tersedia musiman, a.l. bunga turi - maka Bu Kus justru menyajikan pecel dengan jenis sayur-mayur terbatas. Namanya juga nasi pecel, tentulah disajikan dengan seporsi nasi yang dionggokkan di bagian dasar pincuk daun pisangnya. Nasi itu kemudian tertutup sayur-mayur yang diguyur sambal kacang. Nasi pecel ini disajikan dengan rempeyek - teri atau kacang tanah - berukuran superbesar. Tetapi, lho lho lho, kok nasi pecelnya masih lagi disiram dengan sayur lodeh? Apa tidak salah? Lodehnya bukan lodeh sayur, melainkan irisan kecil tahu dan tempe goreng yang dimasak dalam kuah lodeh. Lodeh tahu-tempe ini disiramkan dengan kuahnya ke atas nasi pecel. Ini memang gaya penyajian khas Madiun. Namanya: nasi pecel lodeh (Rp 10.500). Tetapi, bila Anda masih tergolong rookie dalam tradisi pecel madiun, lodehnya boleh diminta agar disajikan terpisah dalam cambung kecil. Bu Kus juga menyediakan berbagai lauk lengkap untuk melengkapi sajian nasi pecelnya, seperti: empal, telur matasapi, paru goreng, udang gimbal, otak goreng, dadar jagung, tahu bacem, telur asin, dan lain-lain. Selain sajian pecelnya, warung Bu Kus ini juga menyajikan garang asem, sop buntut, ayam goreng, ayam panggang, botok lamtoro, pepes bandeng, urap, rawon, dan nasi campur. Minumnya? Es beras kencur, tentu saja. Atau, es kunyit asam. Ketika makan di warungnya, kita ditemani foto Bu Kus yang cantik. Maklum, Bu Kus bersama suaminya - seorang anggota TNI AU - telah meninggal dunia beberapa tahun yang silam dalam kecelakaan lalu lintas di dekat Mojokerto. Pecel Bu Kus juga punya gerai lain di Jalan Kutei 30, Surabaya. Tinggal pilih mana yang lebih dekat dengan posisi Anda saat lapar.

Pecel Bu Kus
Jl. Barata Jaya XX/110
Surabaya
021 5042357

Jumat, 01 April 2011

SOTO BANJAR NYAMAN IBU H. AMIR, JAKARTA SELATAN

Berdasar versi aslinya, soto banjar harus berwarna putih. Putihnya dihasilkan karena sotonya memakai susu. Soto putih ini disantap dengan ketupat. Bila Anda kurang menyukai susu dan lebih suka kuah soto yang bening, di sini juga ada versi soto bening. Tetapi, soto bening ini tidak boleh lagi menyandang nama soto. Soto bening harus disebut sop. Anehnya, sop tidak boleh dimakan dengan ketupat, melainkan wajib dengan nasi. Unik juga “protokol” makan soto a la Banjar ini. Padahal, isinya persis sama, yaitu: soun, suwiran ayam goreng, telur rebus, kentang rebus, dan perkedel kentang. Sekalipun memakai susu, tetapi kuahnya masih sangat encer, dengan aroma kapulaga yang samar-samar. Comfort food yang ideal. Selain soto banjar, cicipi juga menu khas mereka, yaitu masak habang iwak haruan. Iwak haruan adalah ikan gabus, dimasak seperti bumbu bali, dengan citarasa pedas-manis-asam yang sungguh memukau. Masak habang juga tersedia dalam jenis protein lain, yaitu: intalu (telur), daging sapi, dan ayam. Belum lama ini, rumah makan ini juga memperkenalkan menu baru berupa pepes ikan duri lunak. Lunaknya duri ikan ini bukan karena dimasak dalam pressurized cooker (presto), melainkan karena dikukus selama 12 jam dengan api sangat kecil. Bila Anda penggemar ketupat kandangan, ini juga tempat yang tepat untuk memuaskan rindu kepada sajian khas dari Kandangan. Masakan Banjar lain yang perlu dicicipi di sini adalah gangan patin. Gangan sebenarnya adalah masakan asam pedas seperti di Riau, atau seperti pindang di Palembang. Gangan juga nama yang dipakai di Belitung untuk masakan serupa, sedangkan di Bangka namanya "berubah" menjadi lempah. Selain gangan patin, juga ada gangan haruan dan gangan iga sapi. Pada hari-hari Sabtu dan Minggu, rumah makan ini juga menyediakan nasi kuning dan wadai (kue-kue basah) khas Banjarmasin. Soto Banjar Nyaman ini sekarang juga punya cabang di Jl. Tebet Barat Dalam 7A, Tebet Barat (021 98857396), dan di Jl. Pulo Lio Pintu III, Kawasan Industri Pulo Gadung.

Soto Banjar Nyaman Ibu H. Amir
Jl. Pangeran Antasari 50
Cilandak Barat
Jakarta Selatan
021 7654637

SATE KLOPO MADURA

JIKA mendengar kata sate, yang terbayang adalah daging yang dipotong-potong kecil dan ditusuk ke sebilah bambu kecil. Dagingnya bisa terasa dari kambing, sapi, ayam, kelinci, bahkan bekocot atau kerang. Daging tersebut diberi bumbu tertentu dan dibakar dengan menggunakan arang. Namun, sate tidak dimakan begitu saja. Setelah dibakar sampai matang, sate disiram saus kacang berbumbu dengan campuran kecap. Karena ada bawang merah atau cabai dalam bumbu tersebut, rasa yang ditimbulkan pun gurih, manis, dan pedas. Selain itu, bumbu juga berguna untuk menghilangkan bau amis daging kambing yang tajam. Dan biasanya, orang lebih suka menyantap sate kambing dengan bumbu kecap saja, tanpa kacang, dengan irisan bawang merah yang banyak dan perasan jeruk limau. Di Madura, Jawa Timur, sate daging dalam potongan kecil tersebut juga dikenal. Hanya saja, berbeda dengan lainnya, satenya dibalut oleh parutan kelapa. Oleh sebab itu, jenis sate ini lebih dikenal dengan nama sate kelopo (kelapa). Ia menjadi ciri khas Madura yang popularitasnya meluas ke seantero Jawa Timur dan banyak tempat di Indonesia, terutama yang memiliki komunitas etnik Madura. Sate kelopo sebenarnya sama saja dengan sate daging. Bahan utamanya berupa daging yang dipotong-potong kecil. Daging sapi yang dipilih biasanya daging bagian lulur dalam dan dipisahkan dari ototnya. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa daging sate ini empuk dan tidak alot. Di antara daging-daging tersebut diselipkan juga sepotong lemak untuk menambah kegurihan sate kelopo. Sebelum dibakar, sate tersebut dibaluti parutan kelapa yang berbumbu. Lebih nikmat jika pilihan kelapanya adalah kelapa agak muda sehingga rasa yang dihasilkan lebih gurih. Tidak lupa sebelum dibakar, sate diolesi dengan minyak sayur dan sedikit kecap manis. Setelah itu daging dibalurkan kelapa yang telah diberi bumbu halus. Bumbu halus itu terdiri dari bawang putih, bawang merah, cabai merah, ketumbar, sedikit garam dan gula merah. Usai proses persiapan, sate kelopo pun siap untuk dibakar. Dibakarnya pun menggunakan arang dan tidak boleh terlalu kering. Dan saat lemak bercampur dengan bumbu dan kelapa tersebut meleleh saat pembakaran, aroma yang muncul sangat menggiurkan Walaupun sudah berkesan nikmat, masih ada yang perlu dipersiapkan sebelum menyantapnya, yakni saus kacang bumbu sate. Saus ini terdiri dari kacang tanah goreng yang dihaluskan, bawang merah dan putih goreng, cabai merah, cabai rawit, gula serta garam. Semua elemen bumbu dihaluskan dan dicampurkan dengan kacang yang telah dihaluskan. Tambahkan pula air sesuai selera sehingga membentuk adonan saus. Tentu tak ketinggalan menaburinya dengan air jeruk nipis. Di Surabaya, ada banyak tempat yang bisa dikunjungi untuk mendapatkan sate kelopo. Di antaranya adalah kawasan Ondomehon, Sidodadi, Jl. Rangkah, depan Stadion Tambak Sari, atau Jl. Mayjen Sungkono. Masing-masing tempat ini memiliki kisah masing-masing. Di kawasan Ondomehon, misalnya. Konon, di tempat ini, penjual satenya sudah mangkal sejak 1961. Bahkan ada selentingan penjual di sana sudah memasuki generasi ketiga. Sedangkan di Jl. Rangkah, penjualnya adalah ibu-ibu asli dari Madura. Berbekal bakul mereka berkeliling keluar masuk kampung untuk menjajakan sate kelopo. Sementara di salah satu kaki lima di daerah Kapas Krampung, sate kelopo yang disajikan juga enak sekali. Daging pilihannya jauh dari kesan alot. Balutan kelapanya juga gurih. Biasanya, para penjual sate ini mangkal dari pukul 17.00 WIB sampai 21.00 WIB. Dalam sehari, umumnya mereka biasa menghabiskan sekira 200 tusuk. “Tapi banyak saingan di daerah sini,” ujar Mujiono, salah satu penjual sate di sana. Penjual sate kelopo memang banyak, namun peminatnya juga tak kalah banyak. Apalagi, harganya cukup ekonomis, yakni Rp8 ribu per sepuluh tusuk, atau yang biasa disebut oleh masyarakat Madura dengan sejinah. Kelebihan utama sate ini adalah dagingnya yang empuk dan gurih. “Saya menggunakan resep seperti pedagang lain. Tapi agar empuk, daging cukup dibungkus dengan daun pepaya setelah dipotong-potong. Sepotong lemak juga saya selipkan di antara daging jadi gurih,” aku Mujiono. Selain berdagang sate pada malam hari, Mujiono juga menjual gulai di tempat lain pada pagi hari. Sebenarnya, sate dan gulai merupakan paduan yang serasi. “Tapi, peminat gulai lebih sedikit dibandingkan sate kelopo,” tambah Mujiono. Kemunculan sate ini sendiri terkait dengan kisah-kisah kerajaan. Diceritakan bahwa sate kelopo merupakan hidangan untuk para raja-raja zaman dahulu. Meski demikian, tak ada cerita pasti mengenai hal tersebut. Yang jelas, sate tersebut kini tak hanya dikenal di Madura, tetapi telah menjadi salah satu hidangan di banyak kawasan Indonesia, terutama yang memiliki komunitas etnik Madura.

BELALANG, MAKANAN EKSLUSIVE

SELAMA ini belalang bagi sebagian besar masyarakat dianggap sebagai hama. Namun, beda halnya dengan masyarakat di Gunungkidul, Yogyakarta. Bagi mereka, belalang menjadi makanan mahal dan eksklusif, apalagi jika sulit untuk mendapatkan binatang yang satu itu. Belalang atau dalam bahasa jawa disebut walang merupakan serangga herbivora dari sub-ordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Binatang yang satu ini banyak dijumpai dipinggir Kota Wonosari. Di sepanjang jalan Wonosari-Semanu, dan Playen–Paliyan, menjadi favorit penjual belalang menjajakan dagangannya. Pasalnya, jalan tersebut banyak dilalui pengendara dari luar kota. Tidak sedikit pedagang yang mendatangkan dagangannya dari luar daerah, seperti Kulonprogo dan Purworejo. Marjo salah seorang pedagang di Jalan Wonosari-Semanu mengaku, per hari dia menjual sekitar 700-800 ekor belalang, dengan memeroleh keuntungan sekira Rp100-150 ribu. Untuk mencari belalang, pria berusia 70 tahun itu menghabiskan waktu sekira lima jam per hari. "Anak saya yang mencari belalang dengan menggunakan lem di sawah sekitar sini, dan saya yang menjualnya," kata Marjo saat ditemui di Jalan Wonosari-Semanu, Yogyakarta. Pencari Belalang sudah menjadi pekerjaan sampingan maupun pokok oleh sebagian masyarakat Gunungkidul. Tak heran jika setiap sore Anda bisa melihat serombongan orang menggunakan sepeda membawa galah yang di atasnya menggunakan lem atau jaring, dan mencari belalang di sawah. "Biasanya harganya cuma Rp200, namun karena kondisi cuaca sedang tidak bagus dan belalang sedang sulit sekarang dijual seharga Rp400," imbuh pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani itu. Semeentara penikmat belalang asal Wonosari, Didit (35), mengaku hampir setiap minggu membeli belalang di daerah Semanu. "Hampir setiap seminggu sekali saya membeli belalang ke sini, kami sekeluarga senang menikmati belalang karena cocok buat lauk dan cemilan, rasanya seperti udang," katanya. Di sekitar Kota Wonosari, belalang goreng dijual per kemasan plastik berisi 8 dengan harga Rp4.000, dan per toples Rp60 ribu. Belalang goreng juga bisa ditemui di pusat oleh-oleh di sekitar Kota Yogyakarta. Namun bagi masyarakat yang tidak cocok mengudap makanan yang satu ini bisa menderita gatal-gatal.

 
Design by Widyaswara | Address : Jl. Kalidami viii/25 Surabaya - Telp.(031) 5926865, 081322430013 | Blogger Templates